Review Film#3 The Help : Film Cerdas dengan Masalah Sosialnya


Bicara pemasalahan sosial yang paling gencar di Amerika dari dulu (mungkin) sampai sekarang pasti langsung terpantik tentang ras atau warna kulit. Yap, kisah itu memang tidak ada habisnya bila dibahas dan diikuti, mungkin hal itu pula yang menjadi alasan film ini muncul. The Help adalah sebuah film bergendre drama yang dibintangi oleh Emma Stone, Viola Davis, Bryce Dallas Howard, dan Octavia Spencer pada tahun 2011. Film ini memang sudah lama tayang dan perlu diketahui juga bahwa The Help merupakan film adaptasi dari buku novel dengan judul yang sama. Setahun selama penanyangannya film ini banyak masuk nominasi dan memenangkan penghargaan, mulai dari film, pamain, dan komponen dalam film banyak mendapatkan apresiasi.

Pertama tau film ini karna secara tidak sengaja lihat cover filmnya di aplikasi Iflix. Lucu aja gitu, liat covernya warna kuning (mencolok dari cover film yang lain) terus ada empat perempuan berjejer. Belum lagi judulnya selaras sama covernya, unik. Setelah dibuka baca sinopsisnya dan lihat pemainnya makin yakin buat nonton dan menemani saat kegabutan melanda.

Kisah dalam film The Help
The Help berkisah tentang kehidupan para pekerja rumah tangga di wilayah Jackson, Mississippi dengan latar belakang suasana tahun 1960-an. Diskriminasi ras yang dialami para pekerja rumah tangga berwarna kulit gelap oleh para majikannya yang berwarna kulit terang menjadi latar belakang Eugenia Phelan a.k.a Skeeter diperankan oleh Emma Stone seorang jurnalis dari salah satu media ternama di wilayahnya berkeinginan untuk menulis dan membuat sebuah buku dengan tujuan mensosialisasikan gerakan anti rasialis.  Meski tanpa dukungan dari orang - orang sekitarnya, idialesme Skeeter menjadi senjata utamanya untuk tetap menjalankan keinginannya.

Kisah berawal ketika kehidupan Aibileen dan majikannya  selalu dibumbui dengan berbagai masalah yang mengulik hati kecil. Suatu hari, Hilly yang menurut ku berhasil memerankan karakter menjijikan dalam film ini, adalah seorang ibu rumah tangga yang merangkap sebagai ketua genk dari sebuah komunitas ibu-ibu alay di kota Jackson. Hilly dengan teori sesatnya, beranggapan bahwa para pembantu (berkulit hitam) haruslah dibuatkan toilet sendiri di luar rumah. Hal ini karena Hilly meyakini para pembantu tersebut bakal menularkan penyakit jika menggunakan toilet yang sama. Hilly memiliki pembantu bernama Minny (Octavia Spencer), yang dikemudian hari ia pecat karena menggunakan toiletnya. Padahal, si pembantu tersebut belum sempat mengeluarkan urine-nya, tapi sudah di pecat duluan. Para ibu-ibu alay akhirnya berhasil disesatkan oleh Hilly dan mereka meng-iya-kan pendapat Hilly untuk membuatkan toilet sendiri bagi para pembantunya yang berkulit hitam.

Hal-hal kecil semacam ini dan hal kecil lainnya disajikan dalam film The Help dengan sangat ringan, cukup santai dan tak terburu-buru. Tiap scene dan dialog yang dimunculkan bukan hanya berkualitas, tapi juga sungguh menghibur. Diskriminasi dalam film ini tak digambarkan dengan kekerasan atau adegan penganiayaan,  film ini mengungkapkan masalah diskriminasi hanya melalui ucapan saja, dan menurut saya output-nya menohok hati.

Senangnya film ini cukup rapi dalam penyampaiannya, menghindari maksud memojokan kaum kulit terang, sosok Skeeter (Emma Stone) dan Celia (Jessica Chastain) dimunculkan sebagai peran protagonis. dengan memperlakukan mereka (berkulit gelap) dengan cara yang bisa diterima akal logika.

Pemeran Film The Help
Film ini dilakoni hamper seluruhnya oleh perempuan, dan Emma Stone menjadi salah satu bintang dalam film ini. Secara pribadi pembawaan dari masing – masing pelaku dalam film ini sangat berhasil, sayangnya bukan Emma Stone, melainkan yang mengagumkan dalam film ini adalah Octavia Spencer dan Viola Davis. Peran kedua perempuan ini sangat kuat dan secara pribadi mampu menggugah hati saya. Mereka adalah bintangnya dalam film ini. Selain itu ada juga sosok Jessica Chastain yang memerankan karakter Celia. Selain masalah diskriminasi terhadap orang kulit hitam, saya merasa karakter ini menunjukkan suatu pesan lain. Ya, Celia ini digambarkan sebagai cewek blonde yang seksi, dan selama ini terdapat stereotipe di mana cewek blonde sering dianggap sebagai cewek bodoh dan hanya mengandalkan kecantikan saja. Karakter Celia ini juga digambarkan sebagai karakter yang sedikit bodoh (dan lugu). Namun, pintar atau bodoh bukan patokan dari sifat atau tingkah laku seseorang. Celia mungkin kurang pintar, tapi ia lebih baik daripada orang-orang yang sering menyebut dirinya pintar, karena ia selalu memperlakukan orang lain dengan baik, apapun warna kulitnya.

Kira-kira sekian review tentang film ini. Secara keseluruhan film ini sangat layak di tonton, film ini ada nilai dan maknanya, terbukti dari banyaknya penghargaan yang diperoleh oleh film ini. Saling menghargai sesama manusia, dan selalu berbuat baik kepada semua orang memang selayaknya kita lakukan dalam bermasyarakat. Sebagai penutup ada kalimat iconic dalam film ini “You is kind. You is smart. You is important.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film#1 Posesif : 3 Hal yang Bikin Suka

Review Film#4 Hotel Mumbai : It's Not About Religion, It's About Humanity

Dengerin 5 Lagu ini, Malam Natal Berasa Ditemenin SNSD